PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PADI SAWAH

Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu; penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras.

A. Penentuan Saat Panen

Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.

1) Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah ber-kualitas baik sehingga menghasil-kan rendemen giling yang tinggi.

2) Pengamatan Teoritis
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasar-kan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen  optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan (Damardjati, 1974; Damardjati et al,1981).

B. Pemanenan

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan secara tidak tepat.

1) Umur Panen Padi
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
   (a) 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.
   (b) Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.
   (c) Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester.

2) Alat dan Mesin Pemanen Padi
Pemanenan padi harus meng-gunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani  menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine harvester.

Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan ani-ani, sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper.
(a) Cara Pemanenan Padi dengan Ani-ani.
Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20 mm, panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5 – 3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi. Pemanenan padi dengan ani-ani dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  •   Tekan mata pisau pada malai padi yang akan dipotong.
  •   Tempatkan malai diantara jari telunjuk dan jari manis tangan kanan.
  •   Dengan kedua jari tersebut tarik malai padi ke arah pisau, sehingga malai terpotong.
  •   Kumpulkan di tangan kiri atau masukkan kedalam keranjang.

(b) Cara Pemanen Padi dengan Sabit
Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjurkan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et al, 1989; Nugraha et al, 1990). Spesifikasi sabit bergerigi yaitu:

  •  Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.
  •  Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 – 16 gerigi sepanjang 1 inci.
Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara
dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.

Berikut ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:

  • Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.
  • Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus.

(c) Cara Pemanenan Padi dengan Reaper
Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau me-robohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. 
Pada saat ini terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row. 

Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai berikut :
  • Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur ke-cepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja.
  • Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan.
  • Unit pisau pemotong ter-letak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam.
  • Pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120 cm.
  • Unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.
  • Motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM.
Penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan di lahan dengan kondisi baik (tidak tergenang, tidak berlumpur dan tidak becek). Menurut hasil penelitian, penggunaan reaper dapat menekan kehilangan hasil sebesar 6,1 %. 

Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper :

  • Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya mesin reaper.
  • Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen. Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.
  • Pemotongan dilakukan se-kaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan terlempar satu tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.
  • Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.

(d) Cara Pemanenan padi dengan Reaper Binder
Reaper binder merupa-kan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. Bagian komponen mesin reaper binder adalah sebagai berikut :

  • Kerangka utama yang terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja terserot.
  • Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan reduksi tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan.
  • Unit pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya antara 40-60 cm.
  • Pisau pengikat terbuat dari besi plat baja, kawat baja, dan besi bulat yang ukurannya bermacam-macam.
  • Unit pengikat ini dilengkapi dengan tali yang terbuat dari yute berbentuk gulungan.
  • Unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.
  • Motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM.

Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper binder :

  • Sebelum mengoperasikan mesin pemanen, terlebih dahulu potong / panen padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya mesin stripper.
  • Sebelum mesin dihidup-kan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen. Pemanenan dilakukan mulai dari sisi sebelah kanan petakan.
  • Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman sekaligus dan akan terlempar ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami yang sudah terpotong diikat dengan tali pengikat melalui mekanisme pengikat pada mesin tersebut.
  • Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.

C. Penumpukan dan Pengumpulan
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen. Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan pe-ngumpulan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi  menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.

D. Perontokan
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.

1) Perontokan padi dengan pedal thresher
Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan meng-gunakan tenaga manusia. Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup
dioperasikan oleh 1 orang. Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya sama seperti mesin jahit.
Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
(a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.
(b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
(c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok. 
(d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari operator).

2) Perontokan padi dengan power thresher
Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak enjin. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. 
Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :

  • Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.
  • Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
  • Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
  • Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu pemasuk-kan.
  • Jerami akan berputarputar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
  • Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
  • Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
  • Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
  • Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.

E. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2,13 %. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.

1) Pengeringan Padi dengan Cara Penjemuran
Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan pengumpulan gabah dan meng-hasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton. 

Berikut ini cara penjemuran gabah basah.

(a) Cara penjemuran dengan lantai jemur 
Dari berbagai alas pen-jemuran tersebut, lantai dari semen merupakan alas penjemuran terbaik. Permuka-an lantai dapat dibuat rata atau bergelombang. Lantai jemur rata pembuatannya lebih mudah dan murah, namun tidak dapat mengalirkan air hujan secara cepat bahkan adakalanya menyebabkan genangan air yang dapat merusakkan gabah. Lantai jemur bergelombang lebih di-anjurkan, karena dapat meng-alirkan sisa air hujan dengan cepat.  Berikut ini cara penjemuran dengan lantai jemur :
Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm – 7 cm untuk musim kemarau dan 1 cm – 5 cm untuk musim penghujan.
Lakukan pembalikan setiap 1 – 2 jam atau 4 – 6 kali dalam sehari dengan menggunakan garuk dari kayu.
Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00 dan tempering time jam 11.00    – jam 14.00.
Lakukan pengumpulan de-ngan garuk, sekop dan sapu. 

(b) Cara penjemuran dengan alas terpal/plastik. 
Alas terpal/plastik dapat juga dipakai untuk alas penjemuran. Beberapa keuntungan penggunaan alas terpal/plastik adalah :

  •  Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir penjemuran.
  • Memudahkan penyelamatan gabah bila pada waktu penjemuran hujan turun secara tiba-tiba.
  • Dapat mengurangi tenaga kerja buruh di lapangan.
  •  Berikut cara penjemuran dengan alas terpal/plastik :
  • Jemur gabah di atas alas terpal/plastik dengan ke-tebalan 5 – 7 cm untuk musim kemarau atau 1 – 5 cm untuk musim peng-hujan.
  • Lakukan pembalikan secara teratur setiap 1 – 2 jam sekali atau 4 – 6 kali dalam sehari. Pembalikan di-anjurkan tanpa mengguna-kan garuk karena dapat mengakibatkan alas sobek.
  • Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00, dan tempering time jam 11.00 – jam 14.00.
  • Lakukan pengumpulan dengan cara langsung digulung.

2) Pengeringan Padi dengan Pengering Buatan

Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran dengan matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi atas 3 bentuk, yaitu tumpukan datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation Batch) dan kontinyu (Continuous-Flow Dryer).

(a) Flat Bed Dryer
Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari:

  • Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, ber-bentuk kotak persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari
  • plat baja lembaran, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah.
  • Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering, dihubungkan dengan cerobong.
  • Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.

Pengeringan dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  • Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.
  • Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari kotak pegering oleh blower yang digerakkan motor penggerak.
  • Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi padi melalui sekat yang berlubang.
  • Udara panas akan me-nurunkan kadar air padi.

(b) Continuous Flow Dryer
Continuous Flow Dryer me-rupakan mesin pengering dengan bagian komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge. Ruangan plenum terletak di bagian tengah butiran padi yang akan dikeringkan. Tingi kotak pengering 3 – 5 m. Bagian ini terbuat dari plat baja lembaran dan tebalnya 2 – 3 mm.
Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan diaduk posisinya oleh screw conveyor.
  • Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi dengan screw conveyor dischange.
  • Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
  • Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

F. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/ beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/beras dapat dilakukan dengan : 
(1) sistem curah,
yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari gangguan hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, karung goni, dan lain-lain.
1) Penyimpanan Gabah dengan Sistem Curah
Penyimpanan gabah dengan sistem curah dapat dilakukan dengan menggunakan silo. Silo merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan kapasitas yang sangat besar. Bentuk dan bagian komponen silo adalah sebagai berikut :
(a) Silo biasanya berbentuk silinder atau kotak segi-empat yang terbuat dari plat lembaran atau papan.
(b) Silo dilengkapi dengan sistem aerasi, pengering dan elevator.
(c) Sistem aerasi terdiri dari kipas-kipas angin aksial dengan lubang saluran pemasukan dan pengeluaran pada dinding silo.
(d) Pengering terdiri sumber pe-manas/kompor dan kipas peng-hembus.
(e) Elevator biasanya berbentuk mangkuk yang berjalan terbuat dari sabuk karet atau kulit serta plat lembaran.
Penyimpanan gabah/beras de-ngan silo dilakukan dengan cara sebagai berkut :

  • Gabah yang disimpan dialirkan melalui bagian atas silo dengan menggunakan elevator, dan dicurahkan ke dalam silo.
  • Ke dalam tumpukan gabah tersebut dialirkan udara panas yang dihasilkan oleh kompor pemanas dan kipas yang terletak di bagian bawah silo.
  • Kondisi gabah dipertahankan dengan mengatur suhu udara panas dan aerasi.

2) Penyimpanan Gabah dengan Kemasan/Wadah
Penyimpanan gabah dengan kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan karung. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah dengan karung adalah :
(a) Karung harus dapat melindungi produk dari kerusakan dalam pengangkutan dan atau penyimpanan.
(b) Karung tidak boleh meng-akibatkan kerusakan atau pen-cemaran oleh bahan kemasan dan tidak membawa OPT.
(c) Karung harus kuat, dapat menahan beban tumpukan dan melindungi fisik dan tahan terhadap goncangan serta dapat mempertahankan ke-seragaman. Karung harus diberi label berupa tulisan yang dapat menjelaskan tentang produk yang dikemas.

G. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan pe-nyimpanan. Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :
1) Motor penggerak
2) Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll karet yang berputar berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 roll karet dapat diatur tergantung jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah. Diameter kedua roll karet sama bervariasi 300 – 500 mm dan lebar 120 – 500 mm.
3) Pemisah gabah mempunyai 3 tipe yaitu :
(a) separator tipe kompartmen, merupakan kotak oscilator terdiri dari 1, 2, 3 atau 4 lapis/dek.
(b) separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7 rak dengan posisi miring, rak disusun dengan jarak 5 cm.
(c) Separator type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar berjumlah 6 – 15 ayakan.
4) Penyosoh
(a) tipe mesin penyosoh yang dipakai untuk rice milling unit adalah tipe jet parlour.
(b) udara dialirkan melalui poros yang tipis dan lubang dari tabung.
(c) Dinding heksagonal yang berlubang membungkus tabung besi yang berputar. Jarak renggang dinding heksagonal dan tabung besi dapat diatur dengan sekrup.
(d) Unit pembawa/conveyor.

Proses penggilingan gabah dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Hidupkan mesin
2) Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas kemudian masuk diantara kedua rol karet.
3) Atur renggang rol.
4) Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah, tergantung perbedaaan kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas terpecah menjadi 2 dan utuh. Beras pecah kulit yang dihasilkan tidak banyak yang retak sehingga bila disosoh akan memperoleh persentase beras kepala yang relatif tinggi.


Pengertian Penting Panen dan Pasca Panen :

  1. Padi adalah tanaman yang bernama Oryzae sativa L.
  2. Gabah adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari tangkainya dengan cara perontokkan, dikering-kan, dan dibersihkan.
  3. Gabah Kering Panen (GKP) adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari tangkainya dengan cara peron-tokkan, dikeringkan, dan dibersihkan yang memiliki kadar air maksimum 25 %, butir hampa/kotoran maksimum 10 %, butir kuning/rusak maksimum 3 %, butir hijau/mengapur maksimum 10 % dan butir merah maksimum 3 %.
  4. Gabah Kering Giling (GKG) adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari tangkainya dengan cara peron-tokkan, dikeringkan, dan dibersihkan yang memiliki kadar air maksimum 14 %, butir hampa/kotoran maksimum 3 %, butir kuning/rusak maksimum 3 %, butir hijau/mengapur maksimum 5 % dan butir merah maksimum 3 %.
  5. Beras adalah hasil utama dari proses penggilingan gabah hasil tanaman padi yang seluruh lapisan sekamnya terkelupas atau sebagian lembaga dan katul telah dipisahkan.
  6. Pasca Panen adalah semua kegiatan mulai dari panen sampai dengan menghasilkan produk setengah jadi (intermediate product).
  7. Produk setengah jadi adalah produk yang tidak mengalami perubahan sifat dan komposisi kimia.

0 komentar:

Post a Comment